101 revenge to you
AUTHOR : ME OF COURSE
hai, aku mau nulis ff gpp kan???
#nggak!!!
ya udah deh, kalo misal nggak suka nggak usah dibaca juga gakpapa..
sorry kalo banyak typox....soalnya masih author baru..
happy reading!!
Perkenalkan, aku murid baru disekolah ini, maksudku, apa yang
kamu maksud dengan sekolah? Belajar saja, tidak begitu paham, dan apa disekolah
ini tidak ada sesuatu yang bisa membuatku senang? Namaku kim hana. Murid yang
sudah lama tinggal di incheon sendirian. Aku tinggal di asrama yang bisa
dibilang cukup bersih. Tapi, apa kau tahu, rumahku lah yang paling bersih.
Malam ini, dikabarkan badai akan datang, padahal kan, aku masih ada ekskul
baseball. Aku menekuk lututku sambil melihat keluar jendela asrama. Aku
menyentuh kaca jendelaku dan merasakan bagaimana jika ada yang bersamaku, pasti
aku tidak kedinginan seperti ini. Tiba-tiba, telepon genggamku berbunyi dan ada
telepon dari ibukku, aku sempat sedikit kaget, karena ibukku tak pernah
meneleponku. Rasa gembiraku langsung hilang begitu saja setelah mendengar kabar
tentang meninggalnya ayahku. Aku terpaku ditempatku sekarang, perlahan-lahan
air mata jatuh di pipiku, berarti terakhir aku bertemu dengan ayahku sudah 2
tahun yang lalu. Dimalam itu, aku tidak bisa tidur. Menutup mata sejenak saja,
aku tidak bisa. Bagaimana ini? Aku membuka kulkas dan mengambil coklat yang
kupikir bisa membantuku untuk lebih baik. Tapi, ini membuatku semakin buruk.
Aku masih memikirkan keadaan ibukku disana.
Aku terbangun dari
tidur yang tak nyenyak karena berita tadi malam. Hari ini, aku memutuskan pulang ke seoul untuk melihat keadaan ibukku.
“ANDWAE! Dengar ya, kim hana, peraturan disekolah ini, tidak boleh ada yang
pulang ataupun apalah terserah. Yang terpenting kau tidak boleh pulang sampai
akhir semester!” bentak kepala sekolahku sekaligus pemilik asrama itu. “ tapi,
ayah saya meninggal. Deowajuseyo kajangnim! Jebalyo!” aku memohon kepada kepala
sekolahku. Ia mendengus pelan “ arra, tapi aku hanya memberimu waktu 3 hari.”
Senyumku langsung muncul begitu saja. Tapi, 3 hari? Apa itu tak terlalu cepat
untuk menjenguk dan menjaga ibukku? “ apa itu tidak terlalu sedikit? Bolehkah
aku disana 1 minggu saja” terlihat kepala sekolahku sedikit kesal karena
permintaanku yang mendadak. “ ya sudah. Tapi, disana kau tetap latihan baseball
untuk tournamen kan?” aku mengangguk “ gamsahabnida kajangnim. Jeongmal
gamsahabnida” ia mengangguk dan akupun keluar dari kantor itu.
Aku mengemas
barang-barangku yang perlu aku bawa untuk ibu. Dan aku sudah memasakkannya
bibimbap 4 macam. Bibimbap telur, sprouts, biasa, sama bibimbap bulgogi. Rasa
senang menyelimutiku hari ini, walaupun ayahku sudah tak ada, jika ia melihat
aku tersenyum disini, pasti ia akan tersenyum juga. “aww.........jeosonghabnida”
aku menabrak seseorang di dalam bis. “ YA!! Kau tak bisa lihat apa? Ada orang
disini.” Ia memarahi aku, dasar.........padahal kan aku juga tak kenal siapa
dia. Tetapi, aku tetap menundukkan kepalaku dan meminta maaf kepadanya. Apa
yang kupikirkan dengan orang ini? Ia menggunakan syal,sweater, dan kacamata
hitam yang terlihat seperti bapak-bapak. Atau memang dia bapak-bapak ya? Kalau
bapak-bapak, pasti suaranya lebih besar daripada tadi. Ada-ada saja.
Akhirnya, Aku sampai!! Ternyata di seoul tak seburuk di
incheon. Kotanya ramai dan banyak orang yang terlihat sibuk dan sedang
berangkat kerja. Satu pemandangan yang membuatku tertarik adalah rumah dan toko
ibukku yang sangat bersih. Disampingnya ada pohon besar yang biasanya dibuat
berlindung saat hujan, kepanasan, atau hanya ingin menuliskan sesuatu dibatang
pohon yang besar itu. Pohon itu hasil dari ibu, ayah, dan aku yang menanamnya.
Aku juga tak tahu pohon itu besar dan rindang. Sama seperti yang aku impikan.
Aku meraba batang pohon itu yang penuh dengan tulisan-tulisan tangan
orang-orang. Aku tersenyum sendiri melihatnya. “ kim hana-ya!” seseorang
sepertinya memanggil aku. refleks, aku menoleh ke arah suara itu. “
eo.........eomma!!!” aku berlari menuju ibukku dan memeluknya erat. Tak tahu kenapa,
air mata sudah membasahi pipiku dan menetes dibaju ibukku.
“ kamu pasti
merindukan ibu kan?” aku mengangguk “ aku merindukanmu bu!” aku menghapus air
mataku. Dan mengajak ibukku masuk. Aku mengeluarkan makanan yang sudah kubuat
tadi. “ mwoya?” tanya ibuku heran. “ bibimbap kesukaan ibu.” Aku tak tahu kalau
ibukku menyukai makananku. “ enak sekali, darimana kau belajar? Padahal kan,
kau selalu latihan baseball terus.” Aku memajukan bibirku. “ ibu ini, selalu
mengejekku, memangnya, ibu kira aku tak punya jiwa ke-ibuan?” ibuku tertawa
mendengar ucapanku. Apa aku salah omong ya?? “ ternyata kau sudah besar.” “
sudah dari dulu,bu.”
Malampun tiba, aku
tidur dikamar yang kutempati dulu, sewaktu aku masih tinggal disini, kamarnya
masih bersih dan boneka-bonekaku masih utuh, tak ada yang hilang dan kotor.
Pasti ibu merawatnya dengan susah. Entah kenapa, aku tak bisa tidur malam ini.
Aku masih penasaran dengan orang yang kutabrak di bis tadi. Aku duduk di atap
rumahku yang biasanya dilakukan anak laki-laki, tapi aku suka melakukannya.
Angin, seraya meniup rambutku yang terurai dan aku mulai mengantuk. Aku turun
dari atap rumah dan tidur di kamarku. “ hana-ya! Ayo, bangun!” perintah ibukku
dengan lembut. Aku masih setengah sadar, dan duduk di meja makan. “ bu, aku
diizinkan tinggal disini selama seminggu. Setelah tournamen dan tugas akhir
semester, aku dibolehkan pulang.” Kataku dengan suara yang masih serak. “ oh,
ibu mengerti. Tournamennya diadakan tanggal berapa?” tanya ibukku sambil
membawakan semangkuk sup rumput laut ke meja makan. “ molla, tetapi, aku tetap
disuruh latihan. Apa ada lapangan kosong disini bu?” “ ada, didekat super
market disamping. Kau mau latihan nanti?” aku mengangguk dan kembali menyantap
sup-ku.
Whussshh.......aku
mengayunkan tongkat baseball-ku. Sebenarnya, aku ingin menjadi pitcher, tapi,
karena tanganku bisa dibilang kuat untuk mengayunkan tongkat yang lumayan berat
ini, pelatihku memilihku menjadi pemukul. Ternyata, lapangan ini luas juga. Aku
mengayunkan tongkatku dengan keras, sehingga terlempar ke rumah tetangga. Aduh,
aku harus bagaimana ini?? “ permisi, abeonim, eomonim, aku hanya ingin
mengambil bolaku.” Aku membuka pagar rumah itu. Kelihatannya sepi, aku juga
sedikit takjub dengan rumah ini, rumahnya besar. Tapi, kenapa pagarnya tak
ditutup ya? Tak lama, setelah aku ingin keluar rumah, mobil apa ya?? Aku tidak
tahu namanya tapi yang pasti berwarna
kuning ada tepat di luar pagar. Aku segera sembunyi di balik pohon besar. Mobil
itu diparkir didepan persembunyianku. Aku sempat takut, bagaimana jika aku
dikira pencuri. Tiba-tiba, seoarang lelaki dengan rambut hitam kecoklatan dan
menggunakan jas keluar dengan seorang perempuan. Ia berbicara sesuatu dengan
perempuan itu. Suaranya........sepertinya aku mengenalnya, seperti........bapak-bapak
yang ada di bis kemarin. Aku menutup mulutku karena kaget. “ ne, lee donghae”
lee donghae?? Jadi, namanya lee donghae?? Nama yang bagus. Tapi, apa maksudnya
dengan menutupi seluruh badannya kemarin termasuk wajahnya juga. Sebentar lagi,
akan aku cari tau.
“ bu, tetangga
kita itu siapa sih?” ujarku seraya meletakkan bola bisbolku di laci. “ tetangga
yang mana?” “ aduh bu, masa ibu tak kenal sih? Yang rumahnya besar itu loh!”
kataku sambil menunjuk rumah tadi. “ oh, itu donghae, anak direktur kantor
ayahmu dulu. Kenapa, kau suka dengannya?” aku langsung menggelengkan kepalaku.
“ lalu, kenapa kau menanyakan tentang dia?” “ memangnya tak boleh ya?” ibuku
tersenyum. “ sudahlah, kau nanti akan jujur” aku sebal dengan ibuku, kenapa terus
bilang, aku akan suka dengannya, cuih....aku tak sudi punya pacar seperti dia.
Dia terlalu.......kamseupay....... tapi, kenapa aku memikirkannya terus ya?
Aiissh...... aku terlalu ingin tahu tentangnya................. “terimakasih”
aku keluar dari toko dengan membawa belanjaan yang disuruh ibukku. Aku sangat
sibuk memainkan hp-ku, jadi aku tak sempat melihat kanan kiri jalan. Aku
langsung menyebrang jalan saja. Tak sadar,
ada mobil yang menyerempetku. “ YA!!!! Berhenti kau!!” aku baru sadar,
itu mobil yang kemarin. Aku gelagapan saat orang yang kemarin, atau sebut
sajalah lee donghae itu berjalan kearahku dengan tersenyum menyungging. Apa
maksudnya? “ y.......ya!!! k......kau sengaja menyerempetku ya?” ia mendekatkan
wajahnya ke wajahku. Aku memejamkan mataku “ lain kali.............HATI-HATI
DONG! Kau tak tahu, jantungku hampir copot karena mendengar teriakkanmu
itu....” aku membuka mataku, kupikir, ia akan menciumku....kenapa aku menjadi
begitu sangat mengharapkannya ya? Atau omongan ibu tadi benar? Aku hanya
berdiri terpaku sambil melihat mobilnya yang lama-kelamaan menghilang dibalik
pagar itu.
Apa karena dia
yang menyerempetku, aku tak sadar kalau tanganku lecet. Aku pulang ke toko
ibukku dengan wajah yang marah. Aku membanting belanjaan ibukku. “ sialan!
Memangnya dia pikir dia siapa? Ciih.....orang
gila...” “ ada apa sih? Marah-marah sendiri terus. Lihat, wajahmu cepat
tua” aku cepat-cepat memegang wajahku. “ bu, donghae yang dibilang ibu tadi pagi
itu, memang orangnya menyebalkan ya?” ibukku menggenggam tanganku. “ jangan
bilang begitu, donghae itu, sebetulnya anak yang baik, sopan, dan murah
senyum.....” tak sampai selesai ibukku berbicara, aku mendahuluinya “
sopan??baik?? murah senyum?? Apanya? Tadi, dia menyerempetku dan tak meminta
maaf padaku.” “molla, setahu ibu, dia tak suka dengan perempuan manja.” Aku
berdiri dan memukul meja dengan keras. Dan itu membuat ibukku kaget. “ berarti,
aku manja gitu?? Aku akan memberi pelajaran untuknya. Kau tunggu saja lee
donghae, atau siapapun kau, aku akan membalaskan dendamku.. hahaha.....” kataku
dengan tertawa ala jin. Keesokan harinya, aku bangun sekitar jam 3 pagi untuk
menyiapkan rencanaku. Rencanaku kali ini pasti akan berhasil. Aku memotong
rambut panjangku menjadi potongan pendek maksudnya potongan bob. Dan memberi tahi lalat di bawah
mataku dan aku akan menyamar menjadi pembantu dirumah donghae. Aku menulis
surat kepada ibukku agar tak khawatir. Tapi, aku mengaku bahwa aku sudah
kembali ke asrama pagi-pagi sekali. Aku akan membalaskan semua dendamku
kepadamu. “ jogio!!” seperti biasanya, pagarnya tak digembok, ya, aku masuk
saja. Hello, ini masih jam 4 pagi, jadi, mana ada yang sudah bangun.
Cklek..........pintunya kubuka paksa dengan obeng dan masuk kedalam
rumahnya. Aku melihat sekeliling, sangat.........menakjubkan.... “nuguya?”
seorang bapak-bapak gendut menghampiriku dengan mata yang masih sedikit
terpejam. “ a.......aku....pembantu tuan” “ kapan aku memanggil pembantu untuk
bekerja disini?” katanya. Aku tak tahu harus menjawab apa “e......bukannya anda
kemarin memanggil saya untuk kesini?”
“aah......iya......aku baru ingat, kau kim byul-soo kan?” aku
mengangguk. “ selamat datang dirumah keluarga lee. Kamarmu ada dilantai atas.
Oh,ya aku ingin tidur dulu ya, nanti kau memasak kan?” aku mengangguk lagi. “
gamsahabnida abeonim.” Ia mengangguk dan kembali kekamarnya. Aku tersenyum
lega, karena dia telah percaya kalau aku pembantu yang ia panggil. Aku
mengangkat tas-ku. Berat sekali. Aku melihat kamar yang ada disebelahku. ‘ lee
donghae only’ aku tertawa saat aku membaca tulisan yang ada didepan pintunya,
dengan sengaja, aku membuka pintunya. Aku tersontak kaget, saat dia tidur
dengan perempuan. Apa ayahnya tak tahu? Aku......menangis.......kenapa aku
seperti ini ya? Aku langsung menutup pintu kamarnya dan kembali ke kamarku
dengan hati yang begitu.......sakit. tapi, kenapa aku bisa seperti ini, kenal
saja, tidak. Tepat jam 6 pagi, aku sudah berada didapur. Aku sedang tak berniat
untuk memasak, tapi, aku harus menanggung resiko dari rencanaku. “ kim
byul-soo” panggil bapak-bapak yang tadi pagi berbicara padaku. “ ne, abeonim” “
siang ini, aku harus ke hongkong, jadi, beberapa bulan ke depan, tolong jaga
anakku ya!” aku mengangguk dan pergi ke dapur. Apa yang dia bilang? Aku harus
menjaganya? Aduh.......kenapa tak sesuai dengan rencanaku ya? “ sebentar lagi tolong rapikan kamar donghae.
Dan suruh dia bangun.” “ ne, abeonim” setelah selesai memasak sarapan, aku
menuju ke kamar donghae. Entah kenapa, lutuku terasa lemas dan badanku gemetaran.
Aku mengetuk pintunya pelan sambil menyebutkan namanya berkali-kali. Terdengar
suara ribut didalam. Ia membuka pintunya sedikit. “ siapa kau?” katanya dengan
sinis. “a.....aku pembantu baru dirumahmu. Abeonim menyuruhku untuk merapikan
kamarmu.” Ia menoleh ke samping “ untuk apa? Aku bisa membersihkannya sendiri.”
Mwo?? Apa dia yakin? “ sudahlah, pergi saja dulu, nanti aku menyusul ke bawah.”
Aku mengangguk dan pergi. Apa dia pikir aku tak tahu apa yang kau perbuat
semalam? Tunggu saja donghae, akan kujadikan sarapanmu adalah sarapan terenak
yang pernah ada. Dengan sentuhan kecoa didalamnya. Aku tersenyum sendiri
membayangkan bagaimana ekspresinya ketika ia tahu. Aku menyiapkan sarapan donghae dan sembunyi
di belakang tembok. Dia datang! Seruku dalam hati. “ hey, orang aneh, dimana
kau? Aku harus berangkat kerja.” Dia langsung melewati meja makan itu begitu
saja. Aku langsung keluar dari persembunyianku. “ makanlah dulu!” kataku. Ia
menggeleng “ tak usah. Aku bisa makan di kantor.oh, satu lagi. Aku mengizinkanmu
disini, bukan untuk mengaturku! Ngerti?” aku dibentak lagi olehnya “ y...” aku
tak bisa bicara kasar, aku ini berlagak pembantu. “ biar aku tempatkan untukmu”
ia berbalik badan. “ kau mengerti tidak maksudku? Tak usah mengaturku!” “
mianhae....” seketika perasaan itu hancur lagi. Baru pertama kalinya, aku tak
membalas amarah dari orang dan itu rasanya, sakit. ia menyetir mobilnya dengan
cepat dan meninggalkanku. Aku menutup pagar dan kembali ke rumah. Aku merapikan
kamar donghae, yang katanya, ia bisa melakukannya sendiri, tapi
buktinya............ aku melihat darah berceceran di spring bed dan sangat
lengket. Pasti ini hasil tadi malam dengan perempuan itu. Aku..........menangis
lagi. Tapi ini begitu keras. Aku berteriak-teriak. kan, tidak ada yang tahu.
Tepat jam 12 siang, semuanya sudah tersusun rapi. Mulai dari dapur, teras,
ruang tamu, daerah kolam, kamarku, kamar donghae dan ayahnyapun sudah bersih.
Aku meletakkan tubuhku disofa sambil melihat tv. “ bosan” ucapku dengan nada
lirih. Akhirnya, aku tinggalkan rumah itu, dengan note, aku akan pergi
sebentar.
Aku berjalan
menyusuri bibir pantai, sambil memakan es krim. Aku menghapus tahi lalatku yang
ada di bawah mataku dan berdandan rapi. Setidaknya, ada hiburan untukku.
Mungkin ini pertama kalinya dalam hidupku aku menyukai seseorang yang
jelas-jelas dulu musuhku. Aku tak kuasa untuk melihatnya marah padaku. “ ah,
sudah hampir malam.” Kataku dan pulang. Aku pelan-pelan mengintip rumah donghae
“ yes, tak ada orang.” Belum lama setelah aku mengatakan itu, mobil donghae
sudah akan sampai. Dengan lari super cepat, aku mengganti pakaianku dan seperti
biasa menambah hal-hal kecil sesuai dengan pembantu lain. Aku segera turun dan
membukakan pagar untuknya. Tak lupa mengambil note yang telah kutulis. Ia tidak
keluar-keluar dari mobilnya. Tak lama, terlihat seorang perempuan keluar dan
membantu donghae untuk berjalan. “ YA! Tolong antarkan ia sampai ke kamarnya.
Sudah, aku pergi!” perempuan itu memberikan donghae kepadaku dan menghilang
begitu saja. “Y......YA!! cakkaman!! YA!” aku menggerutu dalam hati. Tapi,
harus bagaimana lagi, tak sampai hati aku melihat donghae seperti ini. Aku
meletakkannya di kasur. Mencopot dasinya, kaus kakinya, dan jas yang ia
kenakan. Kulihat bibirnya masih penuh dengan cairan bening dan aku tahu apa
yang dilakukannya tadi. “ badanmu panas” ujarku sambil menyentuh keningnya. Aku
segera kebelakang dan mengambil kompres serta tisu untuk bibirnya. Aku mengelap
bibirnya sambil menangis. Menangis karena kasihan kepadanya. Aku tahu, ia sudah
sangat lelah. Aku mengompres dahinya dan lekas pergi. Dia meraih tanganku “
tet.......ap disini.” Katanya. Aku
mengangguk, aku menarik kursi yang dekat denganku dan duduk di samping
kasurnya. Aku merasa sedikit senang ketika dia menyuruhku untuk berada
disampingnya. Aku bangun pagi-pagi sekali dan memulai aktivitas seperti
pembantu biasa. “ ini sarapanmu” ujarku sambil meletakkan semangkuk sup dan
nasi. Ia langsung memakannya. Tak bilang terimakasih pula. Lama kelamaan, ada
ide baru muncul di pikiranku. Membuat donghae tak bisa tidur. Setelah donghae
berangkat kerja, aku ke kamarnya dan mengambil bohlam lampu di seluruh bagian
kamarnya. Di kamar mandi, sebelah tempat tidur, dan di tengah ruang tempat
tidur. Kuharap, rencanaku berhasil. Aku menambahkan cctv yang ku letakkan di
kamar donghae dan sambungannya ada di laptopku. Aku akan menambahkan suara efek
yang membuatnya takut.
Dan sesuai
dengan rencana, akhirnya badaipun datang. Donghae sudah datang karena ada suara
khas mobilnya. Aku melihatnya dari kaca jendelaku. Ya, itu donghae! Dia berlari
karena kehujanan. Aku sudah menunggunya di kamarku. Aku melihatnya masuk ke
kamarnya dengan heran dan mencoba menyalakan lampunya berkali-kali.
Tiba-tiba.......ini tak seperti yang ku rencanakan. Lampunya mati semua..alias
pemadaman listrik. Aku sudah meng-otomatiskan bunyi-bunyian yang kurencanakan
tadi. Aku berlari ketakutan. Aku melihat seseorang melangkah ke arahku. Aku
penasaran dan mencoba mendekatinya “AAAHHH!!! HANTU!!!!” teriakku dan dia juga teriak sama denganku.
Sudah 1 jam aku menunggu lampunya menyala tapi, tak kunjung menyala. Untung
tadi itu donghae. “ YA! Temani aku ke kamar mandi” hah? Ke kamar mandi? Apa dia
tak salah? “ ke.....kamar mandi?” dia mengangguk. “ aku takut gelap” katanya
dingin. Donghae menyeretku, aku mencoba melepaskan tangannya, tapi apa daya,
dia lebih kuat dariku. “ apa kau sudah
selesai?” tanyaku. “ belum, sebentar lagi” beberapa menit kemudian, dia keluar
dan ya.......menyeretku lagi. “ lepas nggak? Aku bisa jalan sendiri!” aku sudah
muak dengannya, jadi, aku membentaknya. Dia menoleh kearahku. “ jangan
sekali-kali kau membentakku ya!” “ memangnya aku takut padamu?” aku
mengejeknya. “ awas kau ya!” dia berlari mengejarku. Karena lampu mati, aku tak
bisa melihat arah yang kutuju. Dan.............akhirnya aku masuk ke kolam
renang!! Aku tahu, aku tak bisa berenang. Akhirnya, aku berteriak minta tolong
ke donghae, tapi, ia tak muncul-muncul. Dan, aku pingsan. Aku merasakan ada
orang yang menggendongku ke kursi di samping kolam. Saat itu, aku setengah
sadar dan kemudian terbangun. “YA! Kau.........” “kau apa?” katanya. “ kau itu
sudah kutolong, jadi, kau harus bilang terimakasih padaku.” Apa?? Apa hanya dia
saja yang harus dibilang orang penolong dan mengucapkan terimakasih padanya
setiap dia menolongku? “ gumawo” kataku dengan terpaksa. Dia mengangguk.
Suasananya, hening. Donghae tertidur di kursi sebelah dengan lelap. Kenapa ia
takut sekali dengan gelap ya? Harusnya kan yang takut perempuan. Aku mengambil
selimut di kamarnya dan menyelimutinya.
Aku tak menyuruh
ia pindah agar ia tak terganggu. Paginya, lampu sudah menyala dan aku siap
untuk bekerja hari ini. Aku membangunkan donghae yang masih tertidur di kursi
kolam renang. “ donghae-ssi. Bangunlah!” ucapku dengan nada lembut. “ jam
berapa ini?” tanyanya. “ jam 7. Ada apa?” ia langsung bangkit dan menuju ke
kamarnya. Aku menyusulnya, tapi hanya sampai tangga dan meninggalkannya. “
tolong masakkan aku sup yang kemarin, tapi, porsinya lebih banyak” katanya dari
kamar atas. Aku tak tahu, kalau dia suka sup buatanku. Padahal, itu percobaan
pertamaku. Tapi, sup dengan porsi banyak? Untuk apa? Untukku? Pasti bukan.
Aah.........sudahlah yang penting, dia senang. Rencana ketiga, besok saja. Aku
sedang tak ingin mengganggunya. “ supnya sudah jadi!” kataku. Ia berjalan
menuruni tangga. “ tolong bukakan pagarnya!” aku berlari dan membuka pagarnya.
“ sebentar lagi, teman-temanku akan datang. Jangan sesekali menunjukkan wajahmu
pada mereka, kau tetap di kamar!” aku lagi-lagi hanya mengangguk dan berjalan
menuju kamar. Hp-ku berdering. “ dari kepala sekolah!” kataku. “ ne,kajangnim!”
“ mwo? Tournamennya diundur?ne,gamsahabnida kajangnim!” aku sangat lega karena tournamennya di undur.
Aku juga merasa bersalah dengan ibukku. Tujuanku kesini bukan untuk bertemu
dengan orang ini, tapi, bertemu dengan ibukku. Aku harus jujur ke ibukku. “
eomma!” aku memanggil ibukku. “ ne, oh, hana, kamu kembali lagi, sejak kapan
kamu potong rambut? Kenapa kembali? Apa tournamennya tak jadi?” ibu menghampiriku.
“ anio, bukannya seperti itu, eomma, mianhae!” ujarku sambil tertunduk. “
waeyo? Kenapa kau menjadi seperti ini?” “ eomma, selama ini, aku berbohong
kepadamu. Aku itu ingin balas dendam sama donghae, jadi, aku menyamar menjadi
pembantu barunya. Mianhae!” ibu mengangkat wajahku. “ balas dendam itu wajar,
tapi, kau tak harus bertingkah seperti itu, lihat, sekarang kalau donghae
mengetahui hal ini bagaimana?” aku mengangkat pundakku. “ kau tak tahu kan,
bagaimana wajah donghae jika ia benar-benar marah?” aku menggeleng. “ sekarang,
kau harus jujur dengannya, apapun resikonya, ibu akan membantumu.” Kata ibukku
dan meninggalkanku. Aku tak percaya ini, kenapa aku harus menanggung semua ini?
Aku berjalan kerumah donghae dengan rasa bersalah yang menghantuiku. Saat ini
memang sudah malam dan aku kira dia bisa mendengarkanku.
Aku membuka
pintunya dan melihat dia tidur di sofa, aku menuju ke lantai atas dan mengambil
selimut. “ donghae-ssi, mianhae! Aku telah bohong kepadamu tentang semua ini,
apa kau mendengarkanku? Kurasa tidak. Aku harus pergi dan latihan untuk tournamen
bulan depan. Terima kasih untuk semua kebaikanmu. Aku merasa puas dengan itu.”
Kataku sambil mengelus rambutnya. Aku mulai membereskan barang-barangku dan
kembali ke ruang tamu. Aku tersenyum melihatnya “ mianhae!” ujarku dan menutup
pintu. Aku tak tega meninggalkannya sendiri. Aku berbalik badan dan cepat-cepat
ke kamarku. “ kau sudah meminta maaf?” aku mengangguk “ tapi, apa aku boleh
tinggal disana selama aku di seoul, bu? Aku kasihan padanya, ayahnya masih di
hongkong.” Ibukku mengangguk. “ gumawo eomma! Aku akan kesini jika kau perlu
bantuan dan jika aku bosan disana ya!” “ ya, belajarlah sabar dalam
menghadapinya.” “ ne, eomma!”
“ orang aneh,
bangunlah!” aku terbangun dari tidurku yang tak nyenyak semalam. Aku tak sadar
kalau aku ada didapur. Tanpa basa-basi, aku langsung memeluk donghae, dan minta
maaf padanya. “ donghae-ssi! Aku minta maaf, sebetulnya, aku ini perempuan yang
membuat kamu menjadi terganggu. Akulah perempuan yang menabrakmu di bis, akulah
perempuan yang kau serempet dan aku ingin balas dendam kepadamu. Aku minta
maaf! Jangan marahi aku! Aku berjanji aku tak akan mengulang ini lagi! Aku akan
pulang sebentar lagi, tapi, jangan marah padaku!” aku melepaskan pelukanku. Ia
kelihatan aneh, wajahnya mengatakan bahwa dia sangat terkejut dengan apa yang
aku lakukan barusan. “ kau tak apa-apa kan jika aku pulang, katanya, kau bisa
jaga dirimu. Oh,ya. Berbahagialah,karena aku tak pernah tau apa yang kau
lakukan dengan seorang wanita kemarin dan semoga wanita itu, menjadi
kekasihmu.” Aku berbalik badan dan meninggalkan rumah itu.
“ apa kau
sudah bilang kepadanya?” ibuku bertanya padaku. “ sudah, kelihatannya, dia tak
marah.” “ apa ibu bilang, kau lebih baik jujur daripada terus berbohong seperti
itu.” Aku mengangguk mengerti. “ oke bu, aku akan latihan dulu ya!” aku
mengambil tongkat dan bola baseball-ku lalu menuju ke lapangan. Gawat! Disitu
sudah ada donghae bersama perempuan itu lagi. Tapi, mengapa mereka duduk disana
ya? Apa aku harus tak latihan lagi? Sebenarnya, aku iri pada mereka. Mereka
kelihatan mesra sekali, seperti layaknya pasangan. Aku juga ingin punya
pasangan tapi, semua laki-laki yang ada di asrama takut denganku. Jadi, tak ada
yang bisa kudekati. Akhirnya, setelah berpikir panjang, aku punya ide untuk
latihan di lapangan dipinggir kota. Tapi, mungkin tak maksimal karena
lapangannya kecil. Tak apalah, yang terpenting aku bisa latihan. “ LEE!
DONGHAE! AKU! CINTA! KAMU! MAAFKAN! AKU!” aku latihan sambil berteriak-teriak
tak jelas. “ kau mencintaiku? Kenapa kau tak bilang padaku?” aku mencari asal
suara itu. Donghae ada disini. “ k..kapan kau kesini? Darimana kau tau kalau
aku disini?” aku sangat malu karena dia mendengar kata-kataku tadi.
“ aku melihatmu
pergi dan aku mengejarmu. Sudah malam, ayo pulang!” ajaknya. Aku menggeleng
“gumawo, aku disini saja. Aku juga bisa naik taksi nanti.” Dia menyeretku. Aku
melepaskan tanganku. “ jangan kira aku bilang aku mencintaimu, bukan berarti
kau bisa berbuat semaumu. Kau itu terlalu egois, kau...........kau........” air
mataku mengalir deras. Aku tak bisa menahannya. “ teruskanlah! Aku akan
mendengarmu” “ kau pernah tidur dengan perempuan,kan? aku juga pernah melihatmu
kelelahan dan aku tau kau pasti melakukannya dengan perempuan itu. Iya, kan?
kau tega......kau tega lee donghae. Kau tahu, aku sangat mencintaimu, tapi,kau
tak pernah sedikitpun membuka hatimu untukku. Kenapaaaa? Jawab aku lee donghae!
Jawab!!!” donghae menarikku kedalam pelukannya. Aku merasa hangat dan nyaman,
tapi aku tetap memberontak dan terus memukulnya “ terus pukul aku jika itu
membuatmu tenang.” Aku mulai menghentikan pukulanku karena aku lelah sekali. Ia
membawaku pulang dengan menggendongku dipunggungnya. “apa aku tak terlalu berat
untukmu?” ia tersenyum dan hanya tersenyum. “YA! Apa kau tak bisa menjawab
pertanyaanku?” dia menurunkanku di bangku diantara 2 pohon sakura. “ kau lelah
ya? Mianhae” ia menggeleng. Dan saat itu, lampu-lampu kecil menyala dan membuat
jalan disini semakin terang. Aku terkejut dengan itu semua. “ ini semua
untukmu.” Aku menutup mulutku dengan tanganku “ mianhae kalau sederhana. Tapi,
aku mau kamu jadi yeojachingu-ku. Apapun syaratnya, aku akan penuhi” aku
menggeleng “aku tak punya syarat. Aku terima kamu apa adanya. Dan sesuai dengan
katamu tadi, aku mau kau juga jadi namjachingu-ku” dia terlihat senang “
jinjja?” aku mengangguk. Malam itu, aku resmi menjadi pacar lee donghae.
1 bulan berlalu,
aku sudah berlatih keras, hari ini,aku sudah berada di ruang ganti. Aku sangat
gugup, aku harap donghae oppa datang untuk melihatku. Tapi, sepertinya, ia tak
akan bisa melihatku karena dia sedang sibuk mengurus urusan kantornya. Selama
aku di Seoul, ia selalu menemaniku, walaupun itu sudah larut malam, ia akan
datang ke rumahku dan selalu bercanda denganku. “ kim hana, ayo cepat!
Pertandingan akan dimulai.” Kata pelatihku. Aku segera menuju ke lapangan
baseball, semua orang bersorak ketika aku menampakkan diriku. wajahku
terpampang jelas di semua sisi. Aku tersenyum bahagia, tapi aku akan lebih
bahagia lagi, jika donghae oppa datang. Ibukku melambaikan tangannya padaku dan
aku membalasnya dengan senyuman yang lebar. “ pertandingan dimulai!” pada babak
pertama, dan kedua, tim-ku menang dan setelah beberapa lama, akhirnya babak
penentuan dimulai. Karena banyak pasir disana, aku tak bisa konsentrasi ke arah
bola. Hantaman cukup keras mengenai kepalaku. Aku jatuh pingsan, aku mendengar
semua orang terkejut melihat kejadian itu dan terutama ibukku, ia langsung
mengantarku bersama beberapa anggota medis ke rumah sakit.
“ hana-ya!
Bangunlah!” perlahan-lahan aku membuka mataku. Di depanku sudah ada ibu dan
pelatihku. “ aduh, untunglah kau sadar. Kau tahu, ibu sangat panik ketika
melihat kejadian tadi.” “ bagaimana hasilnya, pelatih? Tim kita tak menang
kan?” aku sangat gugup menunggu jawaban pelatihku. “ tim kita......MENANG!”
kata pelatihku. Aku langsung duduk walaupun kepalaku masih di perban “ JINJJA?
Berarti perjuanganku tak sia-sia....anio, perjuangan kita aku dan kau, nae
seosangnim!” aku tersenyum lebar. “ sudahlah, kau istirahat dulu. Kau masih
sakit” “ tak apa, bu. Aku hanya terbentur sedikit saja kok.” Ibukku menghela
nafas. “ terserahlah, ayo, pelatih, saya traktir makan siang. Karena kau sudah
membuat putriku senang!” pelatihku mengangguk dan mereka meninggalkanku sendirian
diruang rawat. “ gwenchana?” suaranya tak asing bagiku, itu donghae oppa. “
o.......oppa, kenapa kau kesini? Bukannya kau banyak kerjaan? Mianhae, aku
mengganggumu ya? Aiissh........nae paboya! Mianhae oppa! Kau boleh kerja
sekarang. Aku tak ingin mengganggu pekerjaanmu.” Kataku panjang lebar. “ apa
salahnya mengunjungi kekasihku yang sedang sakit. aku yang seharusnya minta
maaf karena aku terlalu egois dengan diriku sendiri.” Aku menggeleng. “ anio,
oppa. Kau tak egois. Oppa, aku merindukanmu” ia segera memelukku dan memberi
kecupan ringan di dahiku. Bagiku itu sebanding dengan kerja kerasku kali ini. “
gumawo oppa, saranghae!” “ na ddo saranghae kim hana-ya!”
킅
____________________